Lama Baca 3 Menit

China Hadapi Krisis Energi, Indonesia Jadi Pemasok Batu Bara Terbesar

25 October 2021, 12:12 WIB

China Hadapi Krisis Energi, Indonesia Jadi Pemasok Batu Bara Terbesar-Image-1

ilustrasi penambang batubara - Image from 美都新闻网

Bolong.id - Indonesia saat ini merupakan pemasok batu bara terbesar Tiongkok. Bulan lalu, setelah Beijing melonggarkan pembatasan impor sebagai tanggapan atas krisis energi, pengiriman mencapai rekor tertinggi.

Dilansir dalam 美都新闻网 pada (25/10/2021), pada September lalu, impor batu bara termal, dan lignit dari Asia Tenggara melebihi 21 juta ton, sedangkan pada Agustus melebihi 17 juta ton. Menurut data bea cukai, impor ini saat ini mencapai sekitar dua pertiga dari total impor Tiongkok.

Setelah hubungan politik dengan Canberra memburuk, pembeli Tiongkok terpaksa menggunakan pemasok bahan bakar lain untuk menggantikan produk Australia yang dilarang masuk hampir setahun yang lalu. 

Selain itu, karena pembatasan pandemi di negara tetangga Tiongkok, yang menyebabkan volume pengangkutan turun di bawah 1 juta ton, harapan Mongolia untuk dapat memasok lebih banyak batu bara, terutama batu bara berkualitas lebih tinggi yang diproduksi di Australia dan digunakan oleh pabrik baja, pupus.

Menurut laporan Media Indonesia pada tanggal 22, harga batu bara acuan Indonesia mencapai rekor tertinggi dengan dukungan lonjakan permintaan sejak Beijing berjanji untuk meningkatkan impor. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan Tiongkok yang pada akhirnya gagal mencegah negaranya terjerumus ke dalam dark power crisis.

Pada akhir tahun lalu, ketika Beijing mencari alternatif jangka panjang untuk pasokan Australia, Tiongkok dan perusahaan pertambangan Indonesia mencapai kesepakatan bahan bakar tiga tahun senilai US$1,5 miliar. Indonesia menyediakan sejumlah besar lignit kadar rendah dengan keunggulan harga, tetapi tidak efisien dan tidak menguntungkan bagi iklim.

Dalam beberapa bulan terakhir, Indonesia telah meminta produsen untuk memprioritaskan pasokan dalam negeri, sementara kegiatan pertambangan terhambat oleh banjir dan pandemi.

Harga bahan bakar inferior di Indonesia pekan ini mencapai US$160 (2.269.600) -US$170(2.411.450) per ton. Awal bulan ini, naik dari US$110 (Rp 1.560.350) menjadi US$120 (Rp 1.702.200). Karena gangguan cuaca, pasokan dari negara-negara Asia Tenggara masih terbatas, dan penjual memenuhi janji mereka sebelumnya kepada pembeli. (*)


Informasi Seputar Tiongkok